Coba pecahkan rekor (part 1)

Wah...., gi mana rasanya standby 36 jam?
kalau komputer sih mungkin gak masalah, paling cuma panas aja.
tapi gi mana kalau yang standby itu manusia, apa jadinya?
itu lah yang ingin aku coba. Kebetulan, di sekolah ku lagi ngadain acara kunci tahun atau perpisahan anak-anak kelas tiga (aku kebetulan lagi kelas dua atau 11). Sebagai salah satu panitia acara itu, aku mesti ikut mendekorasi panggung bareng anak-anak OSIS dan guru-guru. Rencananya saat mendekorasi panggung aku ingin tidak tidur walau pun semenit pun. Saat pertama datang ke Ballroom hotel tempat dilaksanakannya acara tersebut, aku dan 3 temanku yang lain disambut baik oleh anak-anak OSIS yang telah datang terlebih dahulu. Itu membuat ku lebih semangat untuk membantu mendekorasi ruangan yang akan dipakai pagi harinya. Waktu menunjuk jam 20.00 WIB, saatnya kami untuk memasang baliho yang telah di buat oleh anak-anak OSIS. Setelah memasang baliho tersebut, mata ini mulai redup dan rasanya ingin sekali aku tidur. Tetapi aku tetap bertekad untuk mewujudkan niatku yaitu bertahan tidak tidur selama 36 jam. Setalah berusaha sedemikian rupa dengan cara apapun, waktu bergulir ke pukul 02.00 pagi. Saat itulah puncak ngantuk ku benar-benar teruji. Untunglah dibantu oleh pertandingan Liga Champion yang menyiarkan tim andalan ku (Manchester United), mata ini serasa tidak mau tertutup. Apalagi dengan suara-suara aneh yang keluar dari temen-temen ku yang telah tidur duluan, membuat niat ku agak sedikit terbantu.

Setelah pertandingan Liga Champion selesai dengan hasil akhir yang sangat menggembirakan bagi ku, yaitu 1-0 untuk kemenangan klub yang berjuluk Red Devil (MU), misi aneh ku hampir berakhir. Ketika itu aku hampir saja tertidur, tetapi untunglah ada temanku yang bernama Oki yang telah bangun dari tidurnya dan kemudian menemaniku sambil ngobrol-ngobrol tentang apa saja. Misi pun terus berlangsung.

Jam terus berputar hingga pukul 05.00, saat itu teman-teman ku yang lain telah banyak yang terbangun dari tidur mereka dan waktunya untuk menguji coba Slide Show yang telah kami buat bersama. Setelah di coba..... Jreng......! Slide Show yang telah dibuat dengan susah payah itu tidak mau tampil di In Focus proyektor. Saat itulah kami keteteran. Pasalnya pada jam 07.00 acara akan segera dimulai. Dengan disemangati oleh pembimbing kami yaitu Pak Helmi, kami pun segera memperbaiki Slide Show itu.

Dan akhirnya pada pukul 06.00 Slide Show pun sudah diperbaiki dan bisa ditampilkan pada In Focus Proyektor.
Sekali lagi, hal tak terduga saat itu membantu misi ku untuk terus berlangsung.

BERSAMBUNG...........

Akibat Lidah Buaya dan Antiseptik

Pernahkah anda mengalami alergi terhadap sesuatu? Itulah yang ku alami dengan seluruh anggota keluargaku. Aku ingin berbagi pengalaman. Kurang lebih sekitar 5 tahun yang lalu (th. 2004) Aku dan seluruh anggota keluarga ku terserang penyakit demam secara serentak bersama-sama. Waktu itu Ayah ku sebagai kepala keluarga menganggapnya hal biasa. Tapi lama-lama ada yang janggal dengan penyakit kami itu. Penyakit itu datang dan pergi dengan jarak waktu yang dapat dibilang sebentar dan kadang-kadang penyakitnya berubah, seperti yang dialami Ibu ku yang setelah sembuh dari demam, kemudian Ia terserang gatal-gatal, panas dan bentol-bentol di telapak kakinya. Dengan rasa penasaran, Ayah ku menyelidiki apa penyebab penyakit keluarga kami itu. Pertama Ayahku menyelidiki makanan yang kami makan sehari-hari. Tetapi hasilnya nihil, ternyata makanan kami tidak mempengaruhi. Setelah hampir frustasi untuk mencari penyebab penyakit kami itu, Ayah ku pun terpikir dengan suatu hal, yaitu produk-produk yang kami pakai untuk mandi, dan mengepel lantai. Saat menyelidiki produk-produk mandi, Ayahku mencoba untuk meneliti apa yang membuat kami sekeluarga sakit secara bersama-sama dengan menggunakannya satu persatu. Setelah melakukan uju coba berkali-kali, Ayah ku pun menyimpulkan bahwa yang membuat kami demam sekeluarga adalah sabun dan shampo yang berbahan Lidah Buaya. Entah kenapa, lidah buaya yang katanya sangat berguna untuk manusia dapat meracuni kami sekeluarga. Aku pun sempat tidak percaya dengan kesimpulan Ayahku itu. Dengan rasa sangat penasaran, aku pun mencoba memakai produk yang telah dilarang oleh Ayahku itu (sabun dan shampoo berbahan Lidah Buaya). Hasilnya ternyata aku pun benar-benar terserang demam keesokan harinya. Dari percobaan secara langsung itulah, aku sependapat dengan kesimpulan hasil uji coba Ayahku itu. Masalah belum selesai. Masih ada penyakit yang rutin menyerang Ibu ku, yaitu gatal-gatal, panas dan bentol-bentol di telapak kaki. Ayah ku pun memutar otak mencari penyebab penyakit Ibu ku itu. Dengan berpikir bahwa fungsi telapak kaki itu untuk berjalan baik di jalan maupun di lantai rumah, Ayah ku pun menyelidiki produk yang dipakai Ibuku untuk menegpel lantai. Dengan membandingkan hari-hari saat memakai produk pembersih lantai dan hari-hari saat tidak memakai, Ayah ku pun berkesimpulan lagi bahwa produk itulah penyebab penyakit Ibuku itu. Terbukti, saat hari tidak memakai, telapak kaki Ibuku sehat-sehat saja, tetapi saat hari memakai produk pembersih lantai itu, Ibuku mulai terserang penyakitnya lagi. Entah kenapa lagi, antiseptik yang dipakai oleh produk itu menjadi alasan penyebab penyakit Ibu ku. Itu menurut Ayah ku. Setelah saat itu, masalah alergi di keluarga ku pun selesai namun cerita masih berlanjut, masih ada yang mengalami penyakit rutin seperti keluarga kami, yaitu tante ku yang di Bengkulu dan yang di Magetan. Kedua Tante ku itu mengalami asma sejak bertahun-tahun. Walau sudah berobat kemana-mana, penyakitnya itu selalu kambuh. Setelah Ayah ku tadi menemukan penyebab penyakit rutin keluarga kami, Ayah ku pun mencoba menyarankan penemuannya itu kepada kedua Tanteku. Awalnya mereka tidak percaya, tetapi setelah dicoba, alhasil, asma yang mereka derita pun sembuh secara total. Dengan rasa tidak percaya, kedua Tanteku itu sangat berterimakasih kepada Ayahku yang telah memberi tahu kalau penyebab penyakitnya itu adalah Lidah Buaya pada sabun dan shampo serta Antiseptik pada sabun pe-ngepel lantai. Sungguh aneh tapi nyata. Percaya lah. Pesan: Jangan anggap enteng segala penyakit, carilah penyebabnya untuk mencegahnya.

Cinta-cintaan

I love you, I miss you, I need you
Kata-kata itu sudah banyak terucap oleh para remaja sampai anak-anak kecil di Indonesia.
Apa yang salah dari ucapan tersebut?
Sebenarnya itu tadak ada salahnya bila yang mengucap kan adalah orang-orang tertentu.

Tetapi apa jadinya bila anak-anak SD, atau pelajar lainnya yang masih perlu mewujudkan cita-citanya, sudah mengenal dan mengucapkan kata-kata itu kepada teman lawan jenisnya…?
Hari-harinya akan habis hanya untuk masalah cinta, cinta dan cinta tanpa memikirkan hal yang lebih penting lainnya.
Di sekolah pun mereka hanya terkonsentrasi pada masalah cintanya dan tidak memperhatikan pelajaran yang sangat penting baginya.

Menurut ku, penyebab terlalu cepatnya pengungkapan rasa cinta itu (pacaran) adala ulah para pemusik-pemusik terkenal, yang menciptakan lagu hanya bertema cinta, cinta, dan cinta saja (lagu Bullshit).
Lagu lagu itu banyak sekali dipublikasi seperti tanpa ada proses Fliterisasi. Akibatnya yang mendengarkan itu akan terpancing rasa ingin bercintanya kepada lawan jenis mereka mulai dari umur yang sangat muda sekali (SD, SMP, SMA).

Bukannya menyalahi timbulnya rasa cinta kepada lawan jenis. Aku akui bahwa rasa cinta itu adalah sifat manusiawi, tapi aku hanya berharap agar para pemusik dan lembaga-lembaga terkait tidak hanya mempopolerkan lagu bertema cinta. Masih banyak tema lainnya yang bagus untuk dibuat sebagai lagu populer, seperti tema perdamaian, lingkungan, politik, religius, persahabatan, orang tua dan lain-lain agar para pendengar muda Indonesia tidak hanya dituntut untuk berpacaran saja.

Dalam masalah ini pemerintah juga harus memperhatikan dan bertindak. Seperti membuat peraturan komposisi tema lagu pada album musik, contohnya: Pada setiap album, lagu bertema cinta harus tidak boleh lebih dari 2%.
Bila sudah ada peraturan seperti itu, para pendengar muda di Indonesia juga akan terangsang untuk memikirkan hal lain selain dari cinta, cinta, dan cinta.
Mereka akan juga memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk kemajuan bangsa, apa yang akan dilakukannya untuk menciptakan perdamaian dan lain-lain demi keuntungan bangsa ini juga.

Semoga saja harapan itu terwujud dan selalu akan menjadi tradisi untuk para pemusik Indonesia agar lebih kreatif lagi dalam menciptakan sebuah lagu.